Menggenggam Serpihan Sakura (2)


Ketika mendengar kisah orang lain yang dapat menggapai mimpinya, sungguh perasaan dalam hati tidak dapat terdefinisikan. Seketika hati seakan tersiram air dingin sembari terucap kata syukur dan senang mendengar kabar gembira tersebut. Namun di sisi lain pemikiran-pemikiran nakal justru mencuat bagai butiran popcorn yang sedang di masak. 

Ya Allah, giliranku kapan? Apa aku tak sepantas mereka yang mendapat kesempatan menggapai mimpinya?

Gadis itu hanya diam dan menyunggingkan senyum simpul. Memang diamnya tak hanya sekedar diam. Segera dihapuskan pemikirannya itu dan yap bilik-bilik otak yang menyimpan file-file keinginan untuk melanjutkan studi ke Jepang kembali terbuka. Bilik itu memang sempat tertutup karena kesibukan rutinitasnya, namun tidak sampai terkunci rapat. Sehingga ia akan dengan mudahnya kembali menemukan file yang hilang itu.

Semangatnya kembali berapi-api. Seandainya jarak Indonesia – Jepang itu hanya sejengkal seperti ketika membuka peta saat pelajaran IPS, mungkin gadis itu langsung terbang, kalau perlu saat ini juga. Tapi semua tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu lapisan-lapisan proses yang harus ditempuh.

Semoga suatu saat nanti aku juga bisa menyusul menggapai impianku seperti mereka, Allah maha adil dan tidak tidur, Allah tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Dan aku akan terus bekerja keras menggapai impianku, hingga saat itu tiba.

gumam gadis itu dalam hati sembari melanjutkan kembali rutinitasnya.

Comments
One Response to “Menggenggam Serpihan Sakura (2)”
  1. sayangnya yang memisahkan jarak Indonesia - Jepang adalah 3-5juta rupiah tiket pesawat

Leave A Comment