Ketika mendengar kisah orang lain yang dapat menggapai mimpinya,
sungguh perasaan dalam hati tidak dapat terdefinisikan. Seketika hati seakan
tersiram air dingin sembari terucap kata syukur dan senang mendengar kabar gembira
tersebut. Namun di sisi lain pemikiran-pemikiran nakal justru mencuat bagai
butiran popcorn yang sedang di masak.
Ya Allah, giliranku kapan? Apa aku tak sepantas mereka yang mendapat kesempatan menggapai mimpinya?
Gadis itu hanya diam dan menyunggingkan senyum simpul. Memang
diamnya tak hanya sekedar diam. Segera dihapuskan pemikirannya itu dan yap bilik-bilik
otak yang menyimpan file-file keinginan untuk melanjutkan studi ke Jepang
kembali terbuka. Bilik itu memang sempat tertutup karena kesibukan rutinitasnya,
namun tidak sampai terkunci rapat. Sehingga ia akan dengan mudahnya kembali
menemukan file yang hilang itu.
Semangatnya kembali berapi-api. Seandainya jarak Indonesia –
Jepang itu hanya sejengkal seperti ketika membuka peta saat pelajaran IPS,
mungkin gadis itu langsung terbang, kalau perlu saat ini juga. Tapi semua tak
semudah membalikkan telapak tangan. Perlu lapisan-lapisan proses yang harus
ditempuh.
Semoga suatu saat nanti aku juga bisa menyusul menggapai impianku seperti mereka, Allah maha adil dan tidak tidur, Allah tahu apa yang terbaik untuk hambanya. Dan aku akan terus bekerja keras menggapai impianku, hingga saat itu tiba.
gumam gadis itu dalam hati sembari melanjutkan kembali
rutinitasnya.
Entah apa yang membuat gadis itu
begitu berapi-api ingin melanjutkan study ke Negeri Sakura. Ya, semua orang
pasti pernah mempunyai keinginan kuliah di luar negeri. Ia memutar otak bagaimana
agar mimpinya itu bisa tercapai. Setiap hari jari lentiknya begitu cekatan
mengetikkan keyword pada salah satu situs
search engine untuk mencari peluang. Mulai
dari mencari beasiswa, mencari perusahaan Jepang di Indonesia, bahkan sampai mencari peluang
kuis-kuis yang berhadiah Jepang.
Setiap hari juga dia dengan
gamblang bercerita tentang mimpinya. Seperti mengupdate status di situs pertemanan, bercerita kepada teman-temanya,
dsb. Dan sampai hal-hal kecil seperti mendengarkan lagu-lagu Jepang, melihat
gambar-gambar daerah di Jepang, menonton film Jepang, memasang profile picture bendera
Indonesia-Jepang, hingga makan
menggunakan mangkok kecil dan sumpit. Gadis itu beranggapan dengan cara seperti
itu, alam bawah sadarnya bisa merekam dan membawanya menggapai mimpinya. Mendengar
kisahnya, melihat perilakunya, seakan-akan awan di langit ingin dipeluknya. Rasanya
mimpinya itu begitu besar dan menggebu-gebu bagai menuang air dalam sebuah
wadah yang kemudian tumpah ruah.
Ke alay an gadis itu dalam menggapai mimpi tidak cukup sampai di situ.
Ia juga pernah mengajak temannya mengurus passport. Kalau kata orang, “Urus
saja dulu SIM A, siapa tahu suatu saat nanti bisa memiliki mobil” nah kemudian dia
berkata pada temannya “Ayo urus dulu passport, siapa tahu suatu saat nanti beneran
bisa ke luar negeri”.
Memang terlihat berlebihan, tapi
setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk menggapai apa yang diinginkannya.
Mungkin sebagian orang mengira omongannya hanya omong kosong dan belaka karena
sampai saat ini semua yang dikatakannya belum pernah tercapai. Tapi dia tidak pernah
gentar, semua proses yang dilaluinya dalam hidup yang masih sumur biji jagung
ini justru membuatnya semakin kuat dan mempunyai ketetapan hati yang mantap.
Gadis itu hanya berfikir ingin membagi
kobaran semangat yang dia rasakan, ya walaupun semua usahanya sampai saat ini
belum menghasilkan apa-apa.
Setiap malam sebelum tidur gadis
itu selalu berdoa kepada Allah, Sang penguasa alam agar mimpi-mimpinya dapat
terkabul, baik melalui usahanya sendiri atau dari jalan-jalan yang tak akan
pernah bisa diduga. Gadis itu selalu yakin, Allah bersama orang-orang dan
pemikirannya. Sehingga setiap detik ia selalu memantapkan hati dan memikirkan
hal yang positif.
Suatu ketika, ada seseorang yang
bertanya kepadanya “Kenapa sih, kok ingin belajar ke Jepang?” Dia hanya
tersenyum dan berkata, “Ini mimpiku. Dan aku akan merubah kata ‘ingin’ menjadi ‘telah’
suatu saat nanti.”
Orang banyak berkata “Jangan bermimpi
terlalu tinggi, nanti ketika jatuh akan sangat sakit”. Tapi gadis itu tidak
sependapat. Justru seharusnya orang itu mempunyai mimpi dan menjadikannya
sebagai the goal of life. Tidak ada
yang salah dengan orang yang mempunya mimpi. Baik sekecil apapun mimpi itu.
Jika seseorang dapat dengan jelas dan gamblang mendefinisikan apa yang
diinginkannya, pasti orang tersebut akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya.
Gadis itu selalu berargumen, setiap
individu pasti mempunyai sebuah potensi dalam dirinya, tinggal bagaimana menyikapinya.
Akankan individu tersebut terus mencari dan menggali potensi yang terkubur
dalam dirinya atau hanya menjadikan dirinya sebagai seonggok daging yang
mempunyai nama.
1 Comment